top of page

Artikel Basis #4 : Kiat Sukses Kompetisi Debat di Tengah Pandemi



Halo, Sobat Basis!

Artikel #4 kembali menghadirkan narasumber yang tidak kalah menarik dari narasumber artikel-artikel sebelumnya. Mahasiswa tahun ketiga Ilmu Komunikasi di Universitas Airlangga ini, sudah tertarik dengan dunia debat sejak berada di kelas X. Achmad Ghiffari, yang kerap disapa Kak Ari memulai perjalanannya di bidang ini saat ia dikenalkan dengan debat oleh salah satu senior di English Club sekolahnya. Kak Ari berpendapat kalau debat adalah hal yang menarik karena kita disajikan suatu masalah dalam bentuk mosi, diberi waktu untuk berpikir dan menyusun argumen, lalu akhirnya menyampaikan argumen tersebut.


Semenjak itu, Kak Ari mengikuti berbagai kompetisi sampai berhasil mewakili Maluku Utara di tingkat nasional LDBI. Dengan pengalaman ini, ia semakin yakin kalau debat adalah hal yang asik dan sangat sayang apabila ditinggalkan. Meskipun sempat terhambat karena tidak banyak lomba untuk mengasah keterampilan debat di Ternate, akhirnya Kak Ari kembali aktif di debat dengan menjadi anggota UKM Debat di kampusnya.


Tak berhenti di LDBI, Kak Ari juga menjadi salah satu delegasi untuk KDMI 2021 Ia menyebutkan bahwa dari semua kompetisi yang pernah ia ikuti, KDMI adalah salah satu yang paling berkesan karena selain mosi yang seru-seru, ia juga berkesempatan untuk bertemu banyak tim dari seluruh provinsi di Indonesia. Yang tak kalah berkesannya adalah persiapan yang panjang tapi menyenangkan bersama delegasi lain dari kampusnya.


Karena status Kak Ari yang masih mahasiswa aktif, membuatnya harus bisa membagi waktu antara belajar di kelas dan persiapan mengikuti lomba debat. Latihan debat pun cukup ketat, ia dituntut untuk melakukan banyak sparring. Tetapi menurutnya komunikasi ke semua arah adalah salah satu kunci untuk membagi waktu. Mulai dari komunikasi dengan rekan tim untuk menyusun jadwal latihan, hingga komunikasi ke pelatih. Selain itu, Kak Ari juga menambahkan bahwa skala prioritas juga penting, kita harus pandai memilih mana yang memang butuh diprioritaskan dan mana yang bisa disiasati. Misalnya dalam berorganisasi, kita tidak selalu mengambil peran yang penting, sehingga kita bisa izin tidak mengikuti rapat, tetapi nantinya harus tetap mengejar ketinggalan dengan memanfaatkan notulensi rapat.


Meskipun sudah lama berkecimpung di dunia debat, Kak Ari mengakui ada beberapa hal yang sampai sekarang masih menjadi tantangannya dalam debat. Mental, misalnya. Mental yang gampang down akan mempengaruhi kualitas argumen. Selain itu, materi yang kompleks dan mosi yang susah dipahami juga menjadi tantangan yang bisa dialami oleh semua orang. Maka dari itu, Kak Ari sangat menyarankan kepada kalian untuk tidak panik saat mosi sudah disampaikan. Hal yang bisa kalian lakukan untuk mengatasi ini adalah dengan membaca mosinya baik-baik dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari saat latihan persiapan. Tidak hanya itu, menyusun strategi dan diskusi bersama rekan tim juga merupakan hal yang esensial.


Kak Ari mengatakan bahwa saat dihadapkan dengan mosi yang berat, kita tidak perlu memikirkan seberapa hebat lawan kita, tetapi sebagai gantinya kita sebaiknya fokus menyusun argumen dan menyediakan beban pembuktian. Karena sesusah apapun mosinya, bukan berarti tidak ada celah untuk memenangkan perdebatan. Agar penyampaian argumen tertata rapi, kita memerlukan banyak latihan berbicara yang melibatkan orang lain, supaya ada yang mengoreksi saat kita melakukan kesalahan dan bisa langsung memberi kita masukan. “Konsultasi ke coach, banyak tanya dan cari referensi. Tapi jangan mikir teori tanpa ada praktek, praktek juga penting.” tambah Kak Ari.


Selain keterampilan dalam membedah mosi dan menyusun argumen, kerjasama dengan rekan tim juga perlu dibangun didalam dan diluar debat. Kita harus menganggap bahwa rekan tim bukan hanya rekan bisnis untuk memenangkan debat. Nah, untuk membangun chemistry ini, bisa dimulai dengan mengobrol tentang hal yang disukai, kesibukan selama berkuliah dan hal lainnya yang sekiranya menarik bagi rekan tim. Yang tidak kalah pentingnya adalah membangun mental pertemanan yang baik. Harus sadar preferensi masing-masing itu pasti tidak sama, dari sini kita bisa mulai menentukan jadwal latihan, pola latihan yang efektif, dan strategi apa yang akan dipakai nantinya di dalam debat. Kak Ari juga menambahkan, bahwa di dalam debat kita boleh memiliki ambisi yang besar, tapi egois jangan.


Ditengah keadaan pandemi seperti saat ini, Kak Ari juga menuturkan perbedaan yang ia rasakan antara perlombaan online dengan perlombaan offline. Kak Ari merasa saat perlombaan offline dilaksanakan, ia merasa atmosfer dan tekanan yang lebih dibandingkan dengan perlombaan offline. Kak Ari merasa adanya tekanan mental dan suasana yang lebih intimidatif dari lawan saat pembacaan mosi saat lomba offline. Namun maupun itu perlombaan online maupun offline, Kak Ari berpesan jika ingin serius dan memenangi lomba debat, komitmen yang serius diperlukan serta tidak lupa juga ia berpesan untuk tidak memandang remeh keadaan mental saat mengikuti lomba debat.


Terakhir, Kak Ari berpesan bagi Sobat Basis yang baru belajar debat, ketika masuk UKM debat, yang pertama tanamkan mindset; Jangan berhenti karena takut salah, dalam debat apapun bisa terjadi, buatlah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Harus mau latihan, sparring, dan ikut lomba debat. Kedua, Manfaatkan ruang diskusi yang ada. Harus mau belajar. Niat harus kuat, punya potensi, dan semangat. Ketiga, kalian udah dapat lingkungan yang sportif untuk mengembangkan potensi kalian, jadi optimalkan itu. Sampai ketemu di artikel selanjutnya!


46 views0 comments

Recent Posts

See All

Комментарии


Post: Blog2_Post
bottom of page